Padang Arafah, Sarana Pertaubatan dihadapan Allah SWT

Agama633 Views

“Kemudian bertolaklah kamu dari tempat orang banyak bertolak (Arafah) dan mohonlah ampunan kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” [QS. Al-Baqarah : 199].

BERBAGI News – ARAFAH adalah daerah terbuka dan luas di sebelah timur luar kota suci umat Islam di Mekkah, Arab Saudi. Di padang yang luas ini, pada satu hari tanggal 9 Dzulhijhah pada penanggalan Hijriyah berkumpullah lebih dari dua juta umat Islam dari berbabai pelosok dunia untuk melaksanakan inti ibadah haji, ibadah Wukuf. [Wikipedia] .

Padang Arafah sudah dikenal sejak zaman Nabi Adam As. Konon dalam sejarah mengatakan bahwa beliau melakukan tugas ke-Khalifaannya bermula dari Arafah ini.

Disinilah pula beliau melakukan berataubatan, merintih, menangis di hadapan Allah atas segala penyesalan dan kekhilfannya sebagai manusia biasa.

Menurut para ahli tafsir mengatakan, dalam hal ini Allah SWT pada sebuah surah yang memiliki akar kata ‘Arafah, sebuah akar kata yang terakit dengan nama tempat pertaubatan itu; ‘Arafah. Dan namanya surah ini adalah “Al ‘Araf” yang bermakna ‘ tempat yang tinggi’.

Demikian pula bahwa makna dari ‘Arafah adalah pengakuan, pengenalan terhadap Allah maupun nengenal diri guna merintih dihadapan Allah SWT.

Oleh karena itu, maka dalam konteks ini, kita seharusnya mengakui bahwa selama ini belum megengenal Allah dengan sebenar- benarnya dan kika juga belum mengenal siapakah diri kita yang sebenarnya? dengan sebaiknya.

Maka dalam momen ketika kita sedang di ‘Arafah itu, katakanlah sejujurnya dan terus terang di hadapan-Nya bahwa sudah lama hidup kita ini diarahkan bukan kepada Allah SWT.

Selama ini kehidupan kita diombang-ambingkan badai kehidupan. Bagaikan kita berlayar tanpa pedoman dan petunjuk arah yang telah diberikan oleh Allah SWT melalui Al Qur’an dan Sunnah Rasulul-Nya.

Akuilah di hadapan Allah bahwa selama ini kita menjadi pengembara di padang pasir yang tersesat jalan. Sudah berulang kali kita mengejar apa yang kita sangka itu sebagai tujuan hidup kita, namun semuanya itu ternyata hanya bagaikan fatamorgana yang menipu.

Kita sudah kelelahan. Marilah kita berhenti sejenak. Mari kita mengadukan segala penyesalan dan kealpaan kita selama ini kepada-Nya ketika wukuf di padang ‘Arafah.

Bukankah kita menduga bahwa kekayaan, kesenangan adalah tujuan hidup kita; sehingga untuk itu kita melakukan segala cara dan apa saja, asalkan kita mendapatkanya sesuai dengan kebutuhan dan kieinginan syawat dan nafsu kita. Kita habiskan waktu dan tenaga serta pikiran kita hanya untuk mengumpulkan sebutir kekayaan.

Selanjutnya kita rampas milik orang lain, atau kita hancurkan kehidupan orang banyak, dan kita injak hak-hak orang lemah lagi tak berdaya yang tanpa hati nurani dan kita tidak menyadari bahwa kita telah tega melakukannya.

Semuanya itu untuk demi kekayaan, kekuasaan dan jabatan. Lalu kita temukan ternyata bahwa hal itu tidak juga bisa memuaskan kehausan dan kerakusan kita.

Marilah kita merintih, menangis dengan air mata penyesalan merenung dan bertaubat, bukankah kita juga pernah menyangka bahwa kedudukan, jabatan adalah target kita untuk mencapainya dan untuk itu kita hantam, khianati kawan seiring.

Kita fitnah orang-orang yang pernah berjasa kepada kita, kita korbankan persahabatan dan keluargaan kita yang selama ini kita rawat dengan baik. Kita abaikan sakitnya kehilangan cinta dan kasih sayang.

Marilah kita berhenti sejenak, mari kita wukuf di ‘Arafah. Mari kita menjerit, merintih dan mengakui semua dosa, kesalahan, kekhilapan, kezaliman, kecurangan yang pernah dilakukan selama ini dihadapan Allah SWT.

Panjatkanlah do’a di tempat mustajabnya do’a diantaranya adalah pada ada hari ‘Arafah dengan berurai air mata taubatan nashuha.

“Ya Allah… Ya Rabbi…telah lama aku mengabaikan-Mu. Aku telah salah nengambil jalan. Tubuhku sudah penuh dibalut lumpur kebusukan. Ampunilah aku, bawalah aku ke haribaan-Mu. Sehingga aku dapat mempersembahkan semua yang aku miliki sebagai amanah dan titipan dari-MU.”

Aamiin ya rabbaal a’lamiin.
Wallahu a’lam bish shawab.
Selamat

Baca Juga :  Ahklak Islam Adalah Sebagai Barometer