Berqurban Sebagai Sarana Pendekatan Diri Kepada Allah SWT

Agama513 Views

“Tidak ada amalan yang dikerjakan anak Adam ketika hari [raya] qurban yang lebih dicintai oleh Allah Azza Wa Jalla dari mengalirkan darah, sesungguhnya pada hari kiamat ia akan datang dengan tanduk-tanduknya, bulu-bulunya dan kuku-kukunya. Dan sesungguhnya darah tersebut akan sampai kepada Allah Azza Wajalla sebelum jatuh ke tanah, maka perbaguslah jiwa kalian dengannya.” (HR. Tirmidzi).

KATA qurban yang kita pahami, berasal dari bahasa Arab, artinya pendekatan diri, sedangkan maksudnya adalah menyembelih binatang ternak sebagai sarana pendekatan diri kepada Allah SWT.

Arti ini dikenal dalam istilah Islam sebagai udhiyah. Udhiyah secara bahasa mengandung dua pengertian, yaitu kambing yang disembelih waktu Dhuha dan seterusnya, dan kambing yang disembelih di hari ‘Idul Adha.

Adapun makna secara istilah, yaitu binatang ternak yang disembelih di hari-hari Nahr dengan niat mendekatkan diri [taqurruban] kepada Allah dengan syarat-syarat tertentu [Syarh Minhaj].

Qurban merupakan bagian dari Syariat Islam yang sudah ada semenjak manusia ada. Ketika putra-putra Nabi Adam ‘Alaihissalam diperintahkan berqurban. Maka Allah Ta’ala menerima qurban yang baik dan diiringi ketaqwaan dan menolak qurban yang buruk. Hal ini dikisahkan dalam Al Qur’an surat Al-Maidah ayat: 27.

Qurban lain yang diceritakan dalam Al Qur’an adalah qurban keluarga Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam, saat beliau diperintahkan Allah Ta’ala untuk mengurbankan anaknya, Ismail ‘Alaihissalam. Disebutkan dalam surat As- Saaffaat ayat: 102.

Adapun disyariatkannya qurban sebagai simbol pengorbanan hamba kepada Allah SWT, bentuk ketaatan kepada-Nya dan rasa syukur atas nikmat kehidupan yang diberikan Allah Ta’ala kepada hamba-Nya.

Hubungan rasa syukur atas nikmat kehidupan dengan berqurban yang berarti menyembelih binatang dapat dilihat dari dua sisi yaitu;

Pertama, bahwa penyembelihan binatang tersebut merupakan sarana memperluas hubungan baik terhadap kerabat, tetangga, tamu dan saudara sesama muslim.

Semua itu merupakan fenomena kegembiraan dan rasa syukur atas nikmat Allah Ta’ala kepada manusia, dan inilah bentuk pengungkapan nikmat yang dianjurkan dalam Islam: “Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya [dengan bersyukur] .” (QS. Ad-Dhuhaa : 11).

Kedua, sebagai bentuk pembenaran terhadap apa yang datang dari Allah Ta’ala. Allah menciptakan binatang ternak itu adalah nikmat yang diperuntukan bagi manusia, dan Allah mengizinkan manusia untuk menyembelih binatang tersebut sebagai makanan bagi mereka.

Bahkan penyembelihan ini merupakan salah satu bentuk pendekataan diri kepada Allah Ta’ala. Karena berqurban merupakan ibadah yang paling dicintai Allah Ta’la di hari Nahr, sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat Tirmidzi dari ‘Aisyah Radiyallahu ‘anha. bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:

“Tidaklah anak Adam beramal di hari Nahr yang paling dicintai Allah melebihi menumpahkan darah [berqurban]. Qurban itu akan datang di hari Kiamat dengan tanduk, bulu dan kukunya. Dan sesungguhnya darah akan cepat sampai di suatu tempat sebelum darah tersebut menetes ke bumi. Maka perbaikilah jiwa dengan berqurban”.[HR. Tirmidzi].

Berqurban [udhiyah] adalah salau satu bentuk pendekatan diri kepada Allah dengan mengorbankan sebagian kecil dari hartanya, untuk dibelikan binatang ternak. Menyembelih binatang tesebut dengan persyaratan yang sudah ditentukan.

Sedangkan berkorban [tadhiyah] mempunyai arti yang lebih luas yaitu berkoban dengan harta, jiwa, pikiran dan apa saja untuk tegaknya syari’at Islam di muka bumi ini.

Ketika dimana umat Islam di Indonesia contoh misalnya sedang terkena musibah dan mereka banyak menjadi korban. Maka musibah ini harus menjadi perlajaran berarti bagi umat Islam.

Apakah musibah itu, disebabkan karena menjahui Allah Ta’ala dan menjahui ajaran-Nya?. Yang pasti, musibah itu harus lebih mendekatkan umat kepada Allah [taqaqarrub ilallah]. Dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjahui segala larangan-Nya.

Dan kebetulan yang tidak tertimpa musibah, maka mereka dituntut berbagi untuk memberikan kepeduliannya dengan cara berkorban dan memberikan bantuan ke
pada mereka yang kena musibah tersebut.

Dan diantara bentuk pendekatan diri kepada Allah dan bentuk pengorbanan kita adalah dengan melakukan menyembelihan hewan qurban berupa sapi dan kambing pada Hari Raya ‘Idul Adha dan Hari Tasyrik.

Semoga Allah SWT menerima ibadah qurban kita, dan yang lebih penting lagi dengan kita menyembelih hewan qurban tesebut dapat menjadikan diri dan keluarga kita dapat selamat di dunia maupun di akhirat kelak. Aamiin ya Rabbal a’lamin. Wallahu a’lam bish shawab.

Baca Juga :  Safari Ramadan ke Pessel, Gubernur Sumbar Buka Puasa bersama Masyarakat Kapelgam Bayang