Membaca adalah Kunci Perubahan dan Ilmu Pengetahuan

Pendidikan864 Views

“Bacalah dengan [menyebut] nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar [manusia] dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” {QS. Al-‘Alaq (96): 1-5}.

BERBAGI News – INILAH wahyu pertama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Menurut Ibnu Katsir ayat di atas merupakan rahmat dan nikmat pertama yang di anugerahkan Allah SWT kepada hamba-Nya.

Wahyu inilah yang menjadi tonggak perubahan-perubahan dunia. Dengan turunnya ayat tersebut maka berubahlah garis sejarah umat manusia. Berubah dari kehidupan jahiliyah nan gelap, termasuk di dalamnya kegelapan ilmu pengetahuan, menjadi terang benderang.

Sejak saat itu, penduduk bumi hidup dalam keharibaan dan pemeliharaan Allah SWT secara langsung. Mereka hidup dengan terus memantau ajaran Allah yang mengatur semua urusan mereka, besar maupun kecil.

Perubahan-perubahan itu ternyata diawali dengan perintah membaca [iqra]. Perintah membaca di sini tentu harus dimaknai bukan sebatas membaca lembaran-lembaran buku, melainkan juga membaca ‘buku’ dunia, seperti membaca tanda-tanda kebesaran Allah, membaca diri, dan alam semesta.

Ayat tersebut juga memerintahkan kita untuk belajar dan mencari ilmu pengetahuan serta menjauhkan diri dari kebodohan. Sebab, kebodohan itu gelap sementara ilmu itu terang. Kebodohan itu menyesatkan, sedangkan ilmu itu menyelamatkan. Kebodohan itu meyulitkan, sementara itu memudahkan. Kebodohan itu menyengsarakan, sedangkan ilmu itu membahagiakan.

Namun demikan, membaca yang mampu membawa perubahan yang positif bagi kehidupan manusia bukanlah sembarang membaca, melainkan membaca “dengan [menyebut] nama Allah Yang menciptakan.”

Menurut Sayyid Quthbb bahwa, surat ini merupakan surat pertama al-Qur’an. Karena itu, ia dimulai dengan bismillah, dengan nama Allah. Rasulullah pun pertama kali melangkah dalam berhubungan dengan Allah dan pertama kali menapaki jalan dakwah dengan bismillah.

Arahan Rabbani ini mewarnai seluruh hidup Nabi Saw, sehingga beliau memulai dan mengiringi semua aktivitasnya dengan bismillah. Jadi, lisan Nabi Saw selalu basah dengan zikir.

Hal ini menunjukkan bahwa membaca sebagai kunci ilmu pengetahuan sama sekali tidak akan membawa angin perubahan manakala tidak dibarengi dengan kemuliaan spiritual, yang ditandai dengan kedekatan dan keharmonisan hubungan dengan Allah SWT.

Sementara membanggakan diri dengan ilmu pengetahuan saja [iqra], tanpa bismi rabbika malah bisa jadi akan celaka. Inilah yang kita saksikan sekarang, betapa negeri ini bukan hanya kaya sumber daya alam [SDA] namun juga kaya ilmuan dan cendikiawan.

Tapi, realitanya negeri ini masih terpuruk dalam semua aspek. Soal korupsi misalnya, Indonesia menempati urutan negara sebagai negara terkorup di dunia. Jadi, kita tengah dilanda krisis iman yang dibahasakan di ayat tersebut dengan bismi rabbika.

Selain mengenalkan kunci ilmu pengetahuan, ayat-ayat di atas juga mengenalkan kepada kita alat belajar, yaitu al-qalam atau pena [Yang mengajar {manusia} dengan perantaraan qalam]. dan sumber ilmu pengetahuan yaitu Allah [Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya].

Kini saatnya mari kita menghidupkan kembali budaya membaca di tengah keluarga kita agar semua anggota keluarga menjadi manusia unggul yang mengantarkan negeri ini menjadi Baldatun Thayyibatun wa Rabubbun Ghafur. Aamiin.

Wallahu a’lam bish shawab.
Selamat membaca dan bermanfaat.

Baca Juga :  Era Sekarang, Kontrol Anak dengan Pendidikan Agama