Belajar dari Kematian Membuat Manusia Punya Kendali

Agama813 Views

“Nabi bersabda, “Perbanyaklah mengingat kematian, maka kamu akan terhibur dari [kelelahan] dunia, dan hendaklah kamu bersyukur. Sesungguhnya bersyukur akan menambah kenikmatan Allah, dan perbanyaklah doa. Sesungguhnya kamu tidak mengetahui kapan doamu akan terkabul.” [HR. Ath-Thabrani].

KEMATIAN adalah peristiwa akbar yang akan menimpa siapa saja yang bernama makhluk hidup. Cepat atau lambat, kematian itu pasti akan tiba. Yang membedakan hanya waktu, siapa yang akan dipanggil lebih dulu dan siapa yang masih ditangguhkan. Jatah untuk ke arah panggilan itu masing- masing sudah jelas.

Karena kesibukan, orang sering dibuat lupa dengan sunnatullah ini. Kesibukan sering mengantarkan orang lupa pada jadwal tetap yang pasti akan dialami. Kekagetan biasanya muncul setelah ada sanak-saudara atau tetangga yang meninggal. Pada saat itu baru kembali muncul kesadaran bahwa panggilan bergilir ke alam baka masih terus berlanjut. Undangan kematian masih tetap datang.

Anehnya, banyak informasi kematian yang diterima baik melalui televisi, majalah, maupun koran dan dari lainnya, sering tidak menggetarkan hati. Bahkan bernilai seperti hiburan? Berita perihal kematian-yang mengerikan sekalipun-tidak ubahnya dengan berita-berita yang lain seputar kasus politik dan kriminalitas.

Sesungguhnya tidak ada yang istimewa dari peristiwa apapun di dunia ini. Tidak pula karena wafatnya orang terkenal, pemimpin dunia, public figure, atau apapun namanya dengan seorang rakyat keclil [wong cilik] yang meninggal karena teraniaya.

Semuanya kembali pada perjalanan akhir yang bersangkutan, adakah nilai iman dan takwa di dalam hatinya. Itulah bekal yang paling baik setelah manusia berpulang ke alam baqa sana. Bila ada bekal takwa berarti ada bekal yang siap dibawanya untuk menghadap Tuhannya.

Mengapa peristiwa kematian tidak banyak mengundang kesadaran? Padahal di sana lengkap terpampang sejumlah mayat yang bergelimpangan, sehingga nampak begitu mengerikan? Mengapa jadi demikian?

Kejadian seperti itu tidak lain karena manusia telah begitu lelah menghadapi kehidupan ini. Manusia telah disibukan oleh berbagai kegiatan mencari penghidupan yang membuatnya lupa. Juga dipadatkan oleh masalah yang bertumpuk. Masalah itu setiap hari semakin bertambah banyak. Karena kelelahan itulah hingga informasi yang datangnya dari kampung akhirat bukan bernilai pendidikan dan peringatan lagi.

Berkaitan hal ini, salah seorang sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah Saw, Ya Rasulullah, pesankan sesuatu kepadaku yang akan berguna bagiku dari sisi Allah. ” Nabi Saw lalu bersabda, “Perbanyaklah mengingat kematian, maka kamu akan terhibur dari [kelelahan] dunia, dan hendaklah kamu bersyukur. Sesungguhnya bersyukur akan menambah kenikmatan Allah, dan perbanyak doa. Sesungguhnya kamu tidak mengetahui kapan doamu akan terkabul.” [HR. Ath-Thabrani].

Ingat pada kematian akan membuat manusia punya kendali. Pangkal dari lupa dan keserakahan sebenarnya bermula dari sini, tidak ingat akan kematian. Yang dibayangkan bagaimana bisa hidup lebih lama, bersenang-senang lebih banyak, dan dapat menghabiskan waktunya untuk bersuka-ria dengan leluasa. Kalau ada jatah, bahkan minta umurnya lebih lama hingga seribu tahun!

Yang serakah bertambah keserakahannya, yang rakus semakin rakus dan yang zhalim semakin bertambah-tambah kezhalimannya. Kecenderungan ke arah sana dimiliki oleh siapa saja, lebih terkhusus oleh mereka yang lupa akan namanya al-maut.

Rasulullah Saw bersabda, “Cukuplah maut sebagai pelajaran [guru] dan keyakinan sebagai kekayaan. ” [HR. Ath-Thabrani].

Seandainya kematian ini telah dipetik sebagai pendidik [guru] hati manusia secara otomatis akan terkendali. Kecurangan, kerakusan, kesombongan dan berbagai bentuk penyakit hati yang bersarang di dada akan dibunuh oleh takutnya pada mati.

Sebagus apapun rupa, akhirnya akan binasa. Secantik bagaimanapun istri yang kita miliki, anak yang kita sayangi, perhiasan dan istana yang ada, semua akan ditinggalkan juga. Semuanya akan diakhiri oleh kematian.

Kita semua ini tidak lain adalah makhluk-makhluk yang sedang pasrah menunggu datangnya al-maut. Suka atau tidak suka. Siap atau tidak. Kematian akan datang juga. Mungkin nanti, besok, lusa atau bahkan stelah kita menikmati tulisan ini. Wallahu a’lam bish shawab.

Selamat membaca dan semoga bermanfaat. (asn)

Baca Juga :  Cara Warga Perumahan GSM Sholat Ied Ditengah Wabah Virus Corona