Berlomba dan Berkompetisi dalam Kebaikan

Religi634 Views

“Dan setiap umat mempunyai kiblat yang dia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya [pada hari kiamat]. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” [Al-Baqarah {2}: 148].

BERLOMBA dan berkompetisi dalam kebaikan atau kita sering mengenalnya dengan sebutan fastabiqul khairat, mengandung makna yang luas untuk melahirkan amalan yang terbaik.

Hal itu akan mendorong setiap Mukmin àgar terpacu mengisi dan memanfaatkan waktunya untuk aktivitas kebaikan.

Orang yang aktif dan gemar berbuat baik akan selalu mengisi waktu-termasuk waktu luangnya-dengan kegiatan yang bermanfaat dan mendatangkan maslahat.

Seluruh waktu yang dianugerahkan kepadanya tidak ada yang disia-siakan. Tidak ada waktu baginya untuk bersantai dan tidak melakukan apa-apa.

Allah SWT juga berfirman:
“Maka apabila engkau telah selesai [dari sesuatu urusan], tetaplah bekerja keras [untuk urusan yang lain],” [QS. Al-Insyirah {94}: 7].

Orang yang senantiasa ber-fastabiqul khairat akan berusaha menghindari kegiatan yang tidak diridhai Allah.

Berlomba dalam kebaikan menghindarkannya dari godaan setan dan perilaku maksiat.

Namun demikian, berlomba dalam kebaikan membutuhkan dorongan dan motivasi dari orang yang pantas dijadikan teladan dan panutan.

Itulah sebabnya Rasulullah Saw sebagai murabbi teladan selalu memotivasi dan memompa semangat para sahabatnya untuk berebut mendapatkan keutamaan.

Perintah fastabiqul khairat mengandung makna mengejar keutamaan. Dalam ibadah misalnya, seorang Muslim hendaknya mengambil yang paling utama [afdhal].

Contohnya shalat fardhu dapat dilakukan di mana saja. Akan tetapi, shalat fardhu berjamaah di masjid lebih utama daripada shalat sendirian di rumah.

Sprit fastabiqul khairat juga dapat diwujudkan dalam bentuk komitmen untuk meningkatkan kualitas amal shalih.

Aktivitas kebaikan hari ini harus meningkat dan lebih berkualitas daripada waktu kemarin.

Begitu pun amalan kebaikan yang direncanakan dan ditarget esok hari, seharusnya lebih berkualitas daripada hari ini.

Disinilah pentingnya melakukan evaluasi atau muhasabah agar setiap kebaikan dapat diperbaiki serta ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya.

Oleh karenanya, peran murabbi sangat dibutuhkan untuk memandu muhasabah sekaligus membimbing dan memotivasi agar murabbi senantiasa bersemangat melakukan kompetisi dalam setiap kebaikan.

Prinsipnya bahwa dalam proses tarbiyah diperlukan motivasi yang membangkitkan semangat para mutarabbi untuk bersegera menjadi yang terdepan dalam kebaikan.

Allah Swt selalu mengajak orang-orang yang beriman untuk bersegera, berlomba serta berusaha menjadi yang terdepan dalam melakukan kebaikan, dan menjalankan ketaatan untuk meraih ridha-Nya.

Allah Azza wa Jalla berfirman:
“Dan untuk demikian itu hendaklah orang-orang berlomba-lomba.” [QS. al-Muthaffifin {83}: 26].

Wallahu a’lam bish shawab.
Selamat membaca dan semoga bermanfaat.

Baca Juga :  Kebaikan Itu Fithrah