Saatnya Merenung Seiring dengan Perjalanan Waktu

Religi453 Views

Oleh: Ust. H. Aswan Nasution, Alumni 79 Al Qismul A’ly Al Washliyah, Ismai’liyah Medan & Alumni 83′ Fak. Syari’ah Universitas Islam Sumatera Utara [UISU] Medan.

“Tidak tergelincir kedua kaki seorang hamba pada hari Kiamat hingga Allah menanyakan empat hal: Umurnya dihabiskan untuk apa, waktu mudanya digunakan untuk apa, ilmunya apakah diamalkan atau tidak, hartanya dari mana ia mendapatkan dan dihabiskan untuk apa saja.” [HR. at-Tirmidzi, hadits hasan].

BERBAGI News – WAKTU sedang jaya, kita merasa banyak teman di sekeliling kita. Waktu sedang berkuasa, kita percaya diri bisa melakukan apa saja.

Waktu sedang tak berdaya, barulah kita sadar siapa saja sahabat sejati yang ada. Waktu sedang jatuh, kita baru sadar selama ini siapa saja teman yang memperalat dan memanfaatkan kita.

Waktu sedang sakit, kita baru tahu bahwa sehat itu sangat penting, jauh melebihi harta. Manakala miskin, kita baru tahu jadi orang harus banyak memberi dan saling membantu.

Masuk usia tua, kita baru tahu kalau masih banyak yang belum dikerjakan. Saat diambang ajal, kita baru tahu ternyata begitu banyak waktu yang terbuang sia-sia.

Hidup tidak lama. Sudah saatnya kita bersama-sama membuat hidup lebih berharga: saling menghargai, saling membantu, saling berbagi, dan saling mendukung.

Jadilah teman setia tanpa syarat. Jangan saling memotong dan menggunting sesama teman. Tunjukkanlah bahwa kita masih mempunyai hati nurani yang tulus.

Jauhkan niat jahat untuk mencelakai atau memfitnah. Jauhkan niat memaksa seseorang melakukan suatu hal untuk kepentingan pribadi kita. Apa yang ditabur itulah yang akan dituai.

Allah tidak pernah menjanjikan bahwa langit itu selalu biru, bunga selalu mekar, dan mentari selalu bersinar.

Baca Juga :  Pemimpin Tauladan Sepanjang Zaman

Namun ketahuilah bahwa Allah selalu memberi pelangi pada setiap badai, memberi senyum pada setiap air mata, memberi rahmat dan berkah pada setiap cobaan, dan jawaban pada setiap doa.

Jangan pernah menyerah, terus berjuanglah, life is so beautiful and colourful. Hidup bukanlah suatu tujuan, melainkan sebuah perjalanan.

Indahnya hidup bukan karena banyak orang mengenal kita, tetapi berapa banyak orang yang bahagia karena kita.

Jangan pernah menjadi “gunting” karena gunting bisa memotong sesuatu menjadi terpisah. Jadilah “jarum”, meskipun tajam tetapi bisa menyatukan apa yang sudah terpisah.

Dalam menjalani kehidupan di dunia ini kita memang bergelut dan berpacu dengan waktu. Waktu bukan arloji. Arloji bisa rusak, jarumnya bisa saja menunjuk pada arah yang salah.

Namun, tidak demikian dengan waktu. Ia selalu tetap, mantap, dan konsisten menandai perubahan dengan arah yang selalu sama dari sesuatu yang disebut dulu, sekarang lalu disusul dengan nanti.

Waktu selalu berjalan ke depan dan tidak bisa diulang. Setiap yang hilang berpeluang ditemukan kembali, kecuali waktu.

Bagi seorang Muslim, pada dasarnya setiap pergantian waktu, detik demi detik, hari demi hari, bahkan tahun demi tahun merupakan momen penting untuk melakukan introspeksi diri [muhasabah] menuju kualitas iman, ilmu dan amal yang lebih baik.

Islam mengajarkan hari-hari yang kita lalui hendaknya selalu lehih baik daripada hari-hari sebelumnya. Dengan kata lain, setiap Muslim dituntut untuk selalu mengembangkan diri ke arah yang lebih baik dari hari ke hari.

Rasulullah Saw, bersabda, “Barangsiapa yang hari ini lebih baik daripada hari kemarin, ia adalah orang yang beruntung. Bila hari ini sama dengan hari kemarin, berarti ia orang tertipu. Jika hari ini lebih jekek daripada hari kemarin, ia adalah orang celaka.” [HR. Hakim].

Baca Juga :  Menghormati Guru Kunci Keberkahan Ilmu Pengetahuan

Imam Hasan al-Bashri menyatakan, “Wahai anak Adam, sesungguhya kamu adalah bagian dari hari. Apabila satu hari berlalu, berlalu pulalah sebagian hidupmu.”

Karena itu, Allah berfirman: “Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.” [QS. Al-Ahshr: 1-3].

Wallahu ‘alam bish shawab.
Selamat membaca dan semoga bermanfaat.
[Sumber: Menjadi Bijak dan Bijaksana-2].