Wujud Cinta Sejati Hamba

Religi489 Views

Oleh: ASWAN NASUTION

BANYAK orang menyatakan cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya. Tapi kenyataannya, mereka tak menampakkan sama sekali wujud pernyataannya itu. Apa sebenarnya makna cinta kepada Allah itu?

Para ulama terdahulu telah mendifinisikan cinta itu. Al-Azhari berkata, “Arti cinta seorang hamba kepada Allah dan Rasul-Nya adalah menaati dan mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya.”

Al-Baidhawi berkata, “Cinta adalah keinginan untuk taat.” Sedangkan Ibnu Arafah berkata, “Cinta nenurut istilah orang Arab adalah menghendaki sesuatu untuk meraihnya.”

Sementara Al-Zujaz berkata, “Cinta manusia kepada Allah dan Rasul-Nya adalah menaati keduanya dan ridha terhadap perintah Allah dan segala ajaran yang dibawa Rasulullah SAW.”

Makanya cinta kepada Allah dan Rasul-Nya adalah suatu kewajiban. Karena mahabbah [cinta] merupakan salah satu kecenderungan yang akan membentuk nafsiyah seseorang.

Kecenderungan ini terkadang berupa perkara alami yang berbentuk naluri yang bersifat fitri [sesuai dengan penciptaan Allah]. Naluri ini tidak dengan mafhum [pemahaman] apa pun; seperti kecenderungan manusia terhadap kepemilikan, kecintaan pada kelestarian dirinya, kecintaan pada keadilan, kecintaan pada keluarga, anak, dan sebagainya.

Namun kecenderungan ini terkadang juga merupakan dorongan yang berhubungan dengan mafhum tertentu. Mafhum inilah nantinya akan menentukan jenis kecenderungan tersebut. Cinta Allah dan Rasul-Nya adalah jenis kecintaan yang terikat dengan mafhum syar’i, yang telah telah diwajibkan oleh Allah.

Firman Allah SWT: “Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan- tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah.” [QS. Al-Baqarah {2}: 165].

Ini bermakna, orang-orang beriman itu lebih besar kecintaannya kepada Allah dibandingkan dengan kecintaan orang-orang musyrik kepada tuhan-tuhan tandingan selain Allah.

Baca Juga :  Tiga Mata Lomba STQ Kecamatan Praya Barat, Mahasiswa KKN Unram turut Terlibat

Anas ra bercerita, seorang laki-laki pernah bertanya kepada Rasulullah SAW tentang kiamat. ia berkata, “Kapan terjadinya kiamat ya Rasulullah?” Rasul berkata, “Apa yang telah engkau siapkan untuknya?” Laki-laki itu berkata, “Aku tidak menyiapkan apa pun kecuali sesungguhnya aku mencintai Allah dan Rasul-Nya,” Rasul SAW berkata, “Engkau bersama apa yang engkau cintai.”

Anas berkata; Kami tidak pernah merasa bahagia dengan sesuatu pun yang membahagiakan kami seperti bahagianya kami dengan perkataan Nabi, “Engkau bersama apa yang engkau cinta”,

Anas kemudian berkata, “Maka aku mencintai Nabi, Abu Bakar, dan Umar. Dan aku berharap akan bersama dengan mereka karena kecintaanku kepada mereka meskipun aku belum bisa beramal seperti mereka.”[Mutafaq’alaih].

Dalam riwayat yang lain, dari Anas ra, sesungguhnya Nabi SAW bersabda: Ada tiga perkara, siapa saja yang memilikinya ia telah menemukan manisnya iman.Yaitu orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih dari yang lainnya; orang yang mencintai seseorang hanya karena Allah; dan orang yang tidak suka kembali kepada kekufuran sebagaimana ia tidak suka dilemparkan ke Neraka.”[Mutafaq ‘alaih].

Masih dari Anas ra, Rasulullah SAW bersabda: Tidak beriman seorang hamba hingga aku lebih dicintai daripada keluarga, hartanya, dan seluruh manusia yang lainnya.” [Mutafaq’alaih].

Para sahabat Rasulullah SAW sangat bersungguh-sungguh untuk menerapkan kewajiban ini. Mereka senantiasa berlomba untuk mendapatkan kemuliaan ini karena ingin termasuk golongan orang-orang yang dicintai Allah dan Rasul-Nya. Banyak bukti yang menunjukkan hal itu.

Walhasil cinta seperti inilah yang seharusnya ada disetiap kaum Muslim. Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya akan menjaga dia dari berbuat kemaksiatan. Cinta itu pun akan menuntunnya berbuat yang tebaik kepada keluarga dan sesamanya. Sebab cinta ini sebagai wujud cinta sejati hamba terhadap Sang Khaliq Allah SWT dan Rasul-Nya. Wallahu ‘alam bish shawab.

Baca Juga :  Mengapa Mencintai Rasulullah SAW

Sumber: Dari berbagai bacaan.
Selamat membaca semoga bermanfaat.
Oleh: Al-Faqir Aswan Nasution, Lombok Barat-Nusa Tenggara Barat [NTB].