Bendungan Meninting, Hutan Gundul Bencana Muncul

Oleh: Huzaefa Yunita, Pengkaji Studi Sosiologi Lingkungan, Prodi Sosiologi Agama, Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama, Universitas Islam Negeri Mataram.

BERBAGI News – Indonesia merupakan negara agraris, hal ini diperkuat dengan banyaknya bendungan yang dimiliki Indonesia sebut saja salah satu daerah yang memiliki banyak bendungan yaitu di Nusa Tenggara Barat dengan jumlah enam bendungan yang dibangun pada masa pemerintahan Presiden Jokowi, Salah satunya yang sedang dibangun adalah Bendungan Meninting yang berada di bukit tinggi.

Pembangunan Bendungan Meninting dilakukan di wilayah dengan potensi ketersediaan air besar di Lombok Barat akan mendukung supley air ke daerah lain, terutama ke Lombok Tengah yang memiliki potensi lahan untuk areal pertanian lebih besar.

Bendungan merupakan salah satu ekosistem buatan manusia yang pembangunannya langsung berpengaruh terhadap lingkungan. Keberadaan Bendungan Meninting di Bukit Tinggi sebagai elemen lingkungan buatan manusia berpengaruh terhadap lingkungan dan masyarakat yang terdampak. Keberadaan bendungan mempengaruhi arus atau aliran air, endapan, dan ekosistem sungai. Apalagi keberadaan bendungan memang didesain diantaranya untuk fungsi pengendalian banjir, menyimpan cadangan air dan menyediakan irigasi, sehingga bendungan yang terdapat pada aliran sungai dapat mengatasi permasalahan tersebut karena fungsi utama bendungan untuk menahan maupun melepaskan endapan pasir dan lumpur ke hilir.

Keberadaan Bendungan Meninting juga memicu adanya efek negatif jika dilihat dari perspektif etika lingkungan, proses pembangunan bendungan Meninting ini masuk kategori Antroposentrisme. Teori antroposentrisme adalah memandang manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta (maksudnya dalam segala tatanan kehidupan, manusialah yang menjadi puncak tertinggi dalam mengambil keputusan dan hanya manusia yang memiliki kepentingan/hak  atas semesta alam). Teori ini dianggap sebagai salah satu penyebab, bahkan penyebab utama, dari krisis lingkungan yang terjadi. Karena penyebabnya manusia mengeksploitasi dan menguras alam semesta demi memenuhi kepentingan dan kebutuhan hidupnya dan tidak peduli terhadap alam.

Baca Juga :  Pemanfaatan Air Berbasis Irigasi Tetes, Solusi Lahan Kering oleh Mahasiswa KKN UNRAM

Hilangnya fungsi hutan karena dalam proses pembangunan bendungan terjadinya pembabatan hutan yang akan digunakan dalam perluasan wilayah bendungan sehingga fungsi hutan sebagai ekosistem alami menjadi rusak.

Bendungan-bendungan besar seperti ini, sangat menimbulkan pengrusakan lingkungan yang sangat buruk, Adapun dampak- dampak yang di timbulkan dari pembangunan bendungan diantarannya: Menenggelamkan hutan yang sangat luas, merubah struktur alamiah sungai dan pengerusakan biota sungai, Pembukaan wilayah-wilayah isolasi untuk pengerukan sumber daya alam dan Hilangnnya lahan basah pertanian yang luas.

Oleh karena itu, deplesi ekologis yang disebabkan pembangunan bendungan besar telah memperlihatkan degradasi yang sangat signifikan dari kualitas dan masa depan lingkungan hidup. Seperti yang telah di kategorikan oleh Aspelin dan GJ.Aditjondro, “Efek bendungan besar ini tidak hanya akan mempengaruhi degradasi wilayah sekitar bendungan akan tetapi juga akan mempengaruhi wilayah-wilayah hulu dan hilir yang masih memperlihatkan relasi aliran sumberdaya”. (yun)