Pengaruh Durasi Skarifikasi dan Konsentrasi Bio-Urine Sapi Terhadap Perkecambahan Biji Lamtoro Tarramba

Oleh; Nufus Mutmainah, S.Pt.

Pendidikan527 Views

BERBAGI News – Lamtoro tarramba (Leucaena leucocephala cv. tarramba) adalah salah satu leguminosa yang cukup potensial untuk dikembangkan sebagai pakan ternak ruminansia. Lamtoro tarramba memiliki beberapa keunggulan antara lain memiliki produksi hijauan segar yang cukup tinggi, kandungan nutrisi yang sangat baik, tahan terhadap kekeringan dan hama kutu (Yumiarty and Suradi, 2010).  Panjaitan et al. (2015) mengatakan bahwa produksi hijauan segar lamtoro tarramba di daerah Sumbawa NTB dapat mencapai 12 kg per pohon dan lebih dari 50% dapat dikonsumsi oleh ternak. Selain itu, legume ini memiliki kandungan protein yang cukup tinggi yaitu berkisar antara 22- 38%.

Biji lamtoro tarramba memiliki beberapa hambatan untuk dapat berkecambah dengan cepat. Salah satunya adalah kulit biji yang cukup tebal sehingga memerlukan waktu yang lama untuk perkecambahan (germinasi). Hal ini menyebabkan sulitnya mendapatkan pertumbuhan yang seragam.Terhambatnya pertumbuhan (perkembangan) untuk sementara waktu meskipun keadaan lingkungannya sebenarnya bersifat menunjang (air dan cahaya cukup serta suhu naik) dikenal dengan dormansi.

Beberapa perlakuan yang dapat memecahkan dormansi terhadap biji dapat dilakukan dengan perlakuan fisik, mekanis dan kimia. Salah satu perlakuan kimiawi untuk memecahkan dormansi biji adalah dengan cara perendaman dengan menggunakan bio-urine sapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh durasi skarifikasi dan konsentrasi bio-urine sapi terhadap perkecambahan biji lamtoro tarramba (Leucaenaleucocephala cv. Tarramba).

Metode

Penelitian dilaksanakan tahun 2021, bertempat di Laboratorium Terpadu Universitas Samawa menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yaitu tingkat konsentrasi dan durasi skarifikasi. Faktor pertama terdiri dari 4 perlakuan yaitu K1= Bio-urine 100%, K2 =Konsentrasi Bio-urine 90%+ 10% air, K3=Konsentrasi Bio-urine 80%+ 20% air, K4 =Konsentrasi Bio-urine 70%+ 30% air. Faktor kedua terdiri dari 3 perlakuan yaitu T1 = Durasi skarifikasi 15 menit, T2 = Durasi skarifikasi 20 menit, T3 = Durasi skarifikasi 25 menit. Adapun variabel yang telah diamati adalah persentase dan tinggikecambah biji lamtoro tarramba (Leucaenaleucocephala cv. Tarramba). Data dianalisis menggunakan analisis of varians (ANOVA).

Hasil dan Pembahasan

Persentase Kecambah Biji Lamtoro Tarramba

Baca Juga :  Unsa Lepas 209 Mahasiswa KKL, Pengabdian Mahasiswa untuk “Negeri di Atas Awan”

Hasil rata-rata data perlakuan tertinggi untuk faktor tingkat konsentrasi pada persentase kecambah biji lamtoro tarramba adalah pada perlakuan konsentrasi bio-urine 100% (K1) dengan hasil rata-rata 51.11%, kemudian perlakuan konsentrasi terrendah yaitu pada konsentrasi bio-urine 70% (K4) dengan rata-rata 40.74%. Sementara faktor durasi skarifikasi pada persentase kecambah biji lamtoro tarramba yang tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan T2 (20 menit) dengan rata-rata 47.22%, kemudian perlakuan durasi skarifikasi terendah yaitu pada perlakuan T3 (25 menit) dengan rata-rata 42.50%. Hal tersebut menunjukkan bahwa antara kedua perlakuan baik tingkat konsentrasi bio-urine sapi dan durasi skarifikasi benih menunjukkan hasil yang kurang baik, kecuali pada perlakuan kosentrasi bio-urine 100% (K1) yang menunjukan hasil yang baik.

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Irmayani (2017) yang menyatakan dalam hasil penelitiannya bahwa perendaman benih dengan urine sapi pada durasi waktu 20 menit menghasilkan persentasi kecambah yang tertinggi yaitu 64%. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa perendaman biji lamtoro dengan waktu yang tepat (tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lama) maka tingkat perkecambahan juga semakin meningkat, hal ini dikarenakan perendaman biji relatif lebih lama sehingga membuat dinding kulit biji lamtoro mengalami pembengkakan dan menjadi longgar sehinggga mudah untuk dilalui air dalam penguraian zat-zat makanan dalam biji.

Miskipun semua perlakuan menghasilkan rata-rata persentase kecambah  yang berbeda-beda, tetapi analisis ragam tidak menunjukkan pengaruh yang nyata (P>0.05) terhadap persentase kecambah biji lamtoro tarramba.Tingkat konsentrasi dan lama perendaman berpengaruh tidak nyata terhadap daya kecambah, diduga tidak semua benih mengalami proses imbibisi dengan baik selama perendaman benih, hal ini disebabkan asam organik, diantaranya asam natthalin asetat dan iondole asetat yang terdapat pada bio-urine sapi belum mampu melunakkan kulit biji lamtoro yang keras sehingga terganggu proses imbibisi artinya benih tidak dapat menghisap air sehingga tidak mampu mengaktifkan enzim di dalam benih. Farizaldi (2012) dalam Intan (2018) menyatakan bahwa proses imbibisi pada benih berguna untuk meningkatkan kandungan air dan mengaktifkan enzim, enzim tersebut dapat aktif bila terdapat kandungan air yang cukup. Enzim yang aktif akan mencerna zat-zat makanan yang tersedia dalam benih, kemudian hasilnya disalurkan ke titik-titik tumbuh tanaman yang digunakan untuk pertumbuhan.

Baca Juga :  SDIT Luqman Al Hakim Hidayatullah Mataram Gelar Wisuda 84 Tahfizh Al Qur'an

Tinggi Kecambah Biji Lamtoro Tarramba

Hasil rata-rata data perlakuan tertinggi untuk faktor tingkat konsentrasi pada tinggi kecambah biji lamtoro tarramba adalah pada perlakuan konsentrasi bio-urine 100% (K1) dengan hasil rata-rata 8.05 cm, kemudian perlakuan konsentrasi terendah yaitu pada konsentrasi bio-urine 70% (K4) dengan rata-rata 7.09 cm. Sementara faktor durasi skarifikasi pada tinggi kecambah biji lamtoro tarramba yang tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan T1 (15 menit) dengan rata-rata 8.05 cm, kemudian perlakuan durasi skarifikasi terendah yaitu pada perlakuan T3 (25 menit) dengan rata-rata 7.46 cm.  Hal tersebut menunjukkan bahwa antara kedua perlakuan baik tingkat konsentrasi bio-urine sapi dan durasi skarifikasi benih terhadap tinggi kecambah menunjukkan hasil yang baik, karena rata-rata tinggi kecambah yang dihasilkan lebih dari 6.70 cm.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan pendapat  Irmayani (2017) yang menyatakan dalam hasil penelitianya bahwa biji lamtoro dengan perlakuan perendaman pada durasi waktu (20 menit) menghasilkan tinggi kecambah yang tertinggi yaitu 12,95 cm pada umur 10 hari. Rika Nurfiana (2017) juga menunjukan hasil berbeda dari hasil penelitian ini, dimana biji lamtoro direndam dalam asam sulfat dengan durasi waktu 20 menit menghasilkan tinggi tanaman tertinggi yaitu 9.64 cm.

Miskipun semua perlakuan menghasilkan tinggi tanaman yang berbeda-beda, tetapi analisis ragam tidak menunjukkan pengaruh yang nyata (P>0.05) terhadap tinggi kecambah lamtoro tarrambaHal ini disebabkan karena biji yang berada dalam kondisi dorman (istirahat) kemudian ditanam tanpa perlakuan (tanpa bio-urine) yang mengakibatkan respon terhadap perkecambahan sangat lambat, karena kulit biji yang keras dan mengandung lapisan lilin yang tidak dapat ditembus oleh air sehingga secara keseluruhan perkecambahan kurang maksimal. Hal tersebut didukung oleh pendapat Suyatmi dkk., (2011) yang menyatakan bahwa setiap jenis biji dari berbagai tanaman mempunyai tingkat kekerasan kulit biji yang berbeda, hal ini mempengaruhi kepekaan kulit biji terhadap air dalam proses perkecambahan. Keadaan kulit biji yang keras seringkali menyebabkan biji mengalami penundaan perkecambahan walaupun sudah diberikan perlakuan perendaman dengan bio urine sapi dengan durasi waktu tertentu.

Baca Juga :  Dibina SKSG UI, Pesantren Al Hikam Depok Siap Hadapi Era Disrupsi

Kesimpulan

Penelitian dapat disimpulkan bahwa persentase kecambah pada perlakuan K1 memperoleh nilai tertinggi yaitu 51.11% dan pada perlakuan T2 memperoleh nilai yaitu 47.22%. Adapun pada perlakuantinggi kecambah yang menunjukkan hasil tertinggi pada perlakuan K1 dan T1 yaitu 8.05 cm, miskipun demikian durasi skarifikasi dan konsentrasi bio-urine tidak menunjukkan pengaruh yang nyata (P>0.05) pada kedua perlakuan. Hal ini disebabkan tidak adanya pengaruh durasi skarifikasi dan konsentrasi bio-urine sapi terhadap perkecambahan biji lamtoro tarramba (Leucaenaleucocephala cv. Tarramba).

Daftar Pustaka

Farizaldi. 2012. Pengaruh Pemberian Urin Sapi pada Berbagai Konsentrasi dan Lama Perendaman Benih Sentro (Centrosema pubescens) terhadap Daya Kecambah, Vigoritas dan Berat Kering Tanaman. Jambi. Vol. 14: 19-24.

Intan Sary M. 2018. Pengaruh Pemberian Tingkat Konsentrasi Larutan Fermentasi Urin Sapi Dan Lama Perendaman Terhadap Perkecambahan Benih Trembesi (Samanea Saman). Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten.

Irmayani 2017. Pengaruh Lama Waktu Skarifikasi Terhadap Perkecambahan Biji Lamtoro Menggunakan Urin Sapi Sebagai Pakan Ternak. Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar.

Panjaitan,T., M., Fauzan, Dahlanuddin, M. Haliday and H. Shelton. 2015. Agronomic Performance of Leucaena Leucocephala Cv. Tarramba In Tropical Environment of Sumbawa. Proceedings of the 6th Internasional Seminar on Tropical Animal Production.Faculty of Animal Science, UGM, Yogyakarta. 10-14 November 2014: 1365-1368.

Rika Nurfiana. 2017. Pengaruh Lama Waktu Skarifikasi terhadap Perkecambahan Biji Lamtoro sebagai Pakan Ternak. Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar.

Suyatmi, dkk., 2011. Dasar Ilmu dan Teknologi Benih.IPB Press. Bogor.

Yumiarty, H. and K. Suradi. 2010. Utilization of Lamtoro Leaf in Diet on Pet Production and The Lose of Hair Rabbit’s Pelt. Jurnal Ilmu Ternak. 7: 7-73.