Terima Kasih Ibu, Jasamu Takkan Mampu Kubalas

Oleh: Aswan Nasution

Catatan433 Views

“Dan, Kami perintahkan kepada manusia [agar berbuat baik] kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.” [QS. Luqman: 14].

IBU sampai kapan pun akan menjadi sosok yang paling kita muliakan dan banggakan serta wajib kita sayangi karena dari Ibulah kehidupan kita berawal.

Sejak Ibu mengandung kita selama sembilan bulan lalu ia mempertaruhkan nyawanya ketika melahirkan kita, dan harus kembali mempertaruhkan nyawanya ketika membesarkan dan mengutamakan kebaikan untuk kehidupan kita [anaknya].

Ibu adalah satu-satunya sosok wanita yang mungkin rela memberikan dan mengorbankan apa saja demi untuk anaknya. Oleh sebab itu, tidaklah terlalu berlebihan rasanya jika kita mencurahkan seluruh tenaga kita semampu yang kita bisa, bukan untuk membalas semua jasanya yang tidak pernah bisa terbalaskan, tetapi setidaknya melakukan sesuatu untuk dapat membahagiakan ibu kita dan menjadikannya sebagai sosok yang paling beruntung dan sempurna karena memiliki anak seperti kita.

Khalifah Umar bin Khattab r.a pernah berkata, “Demi Allah, bakti apa pun yang kamu lakukan terhadap Ibumu masih belum bisa menandingi satu rasa sakit di antara sekian banyak rasa sakitnya ketika melahirkanmu!”. Jangan sia-siakan Ibumu.

Sebagai bahan renungan kitan bersama, ada satu kisah nyata yang menceritakan tentang “seorang laki-laki yang hidup serumah dengan ibunya menikah dengan seorang perempuan. Istrinya menolak jika tinggal serumah dengan Ibu mertuanya.

Akhirnya, sang anak dengan tega menitipkan ibunya di panti jompo. Tiga tahun berlalu tanpa pernah menjenguk ibunya di panti jompo. Kemudian, sang ibu menulis surat untuk anaknya lalu dititipkan kepada perawat yang merawatnya dengan wasiat agar surat itu tidak diberikan kepada anaknya, kecuali setelah ibunya meninggal dunia.

Ketika sang anak mengambil jasad ibunya untuk dikuburkan, perawat memberikan surat itu kepada sang anak. Diantara isinya, “Putra kesayanganku, wahai jantung hatiku, bayanganmu selalu ada pada mataku. Tiga tahun ibu selalu menangis merindukanmu.

Mengapa kamu tidak pernah menjengukku, Putraku? Ibu selalu teringat masa-masa indah bersamamu sejak kau kecil sampai hari pernikahanmu.

Di sini, Ibu sulit memejamkan mata karena rindu berada di sampingmu. Ibu sakit seorang diri tanpa ada yang peduli. Ibu ingin memandangmu setiap hari, Putra kekasihku. Ibu berterima kasih atas kebaikanmu selama ini dan Ibu maafkan segala kesalahanmu.

Ibu tulis surat ini dengan linangan air mata. Hanya satu pinta Ibu jika Ibu telah tiada jangan lupa berdoa memintakan ampunan untuk Ibu. Selamat jalan, Anakku. Ibumu yang selalu merindukanmu.”

Dalam agama Islam, kedudukan seorang Ibu sangatlah dimuliakan. Bahkan, diumpamakan bahwa surganya seorang anak itu ada di bawah telapak kaki Ibu. Oleh karena itu, diwajibkan pada seorang anak untuk dapat berbakti kepada kedua orang tuanya, terlebih lagi kepada ibu kandungnya.

Ibu selalu memberi dan berbuat untuk anaknya, rela mengorbankan apa saja demi anaknya, itulah wujud kasih sayang Ibu. Mereka adalah kebahagiaan di dunia dan akhirat. Mereka adalah sekotak permata paling berharga, sekeping emas termahal yang dapat mengantarkan kita ke surga-Nya.

Suatu ketika Ibnu Umar r.a. bertanya kepada seseorang, “Apakah engkau takut masuk neraka dan ingin masuk ke dalam surga? Orang itu menjawab, “Ya.” Ibnu Umar berkata, “Berbaktilah kepada Ibumu. Demi Allah, jika engkau melembutkan kata-kata untuknya, memberinya makan, niscaya engkau akan masuk surga selama engkau menjahui dosa-dosa besar.” [HR. Al-Bukhari].

Akhirnya sebagai seorang anak yang berbakti sepantasnya mengungkapan dengan tulus ucapan terima kasih Ibu, Jasamu takkan mampu kubalas, Kau bagai matahari, yang selalu menyinari dengan kehangatanmu. Kasih sayangmu tak tergantikan. Engkau adalah pintu surga yang selalu terbuka…Wallahu a’lam bish shawab.

“Selamat Peringatan Hari Ibu 22 Desember 2022”

Baca Juga :  Sejarah Desa Rarang