Pentingnya Manajemen Bencana di NTB

Daerah487 Views

BERBAGI News – Pelatihan managemen bencana bagi forum perguruan tinggi pengurangan resiko bencana (FPTPRB) NTB yang di fasilitasi oleh Konsepsi dan Oxfam, pada tanggal 4-6 Mei 2023 di hotel jayakarta melahirkan gagasan dan konsep penangan bencana khusus kelompok rentang dalam hal ini ibu-ibu, anak-anak, lansia dan disabilitas.

“Diharapkan nanti FPTPRB kedepan dapat memaksimalkan potensi yang di miliki oleh berbagai perguruan tinggi yang ada di BTB l, baik itu potensi sumber daya manusia mahasiswa dan dosen yang dapat diperankan menjadi relawan medis, psikolog dan pendidik dalam kondosi darurat, serta potensi sosial berupa konsep dan jaringan,” terang Dr. Lahmuddin Zuhri, SH, M.Hum dekan FH Univ. Samawa, yang juga wakil ketua FPTPRB NTB.

Dalam studi yang dilakukan oleh Konsorsium untuk Studi dan Pengembangan Partisipasi (KONSEPSI) terdapat 13 jenis bencana yang berpotensi dan yang pernah terjadi di wilayah NTB. Ancaman bencana itu di antaranya banjir, gelombang ekstrem dan abrasi, letusan gunung berapi, likuifaksi, gempa bumi, kekeringan, tanah longsor, tsunami, kebakaran hutan dan lahan, cuaca ekstrim, kegagalan teknologi, epidemi dan wabah.

Sehingga Konsepsi melakukan penguatan masyarakan khususnya perguruan tinggi guna mengurangi resiko bencana.

“Bencana tidak mungkin kita hindari, untuk itu menejeman kenencanaan menjadi penting untuk mengurangi resiko bancana,” katanya.

Di ketahui misalnya awal april lalu hujan deras yang disertai angin kencang melanda Kabupaten Bima, yang meluluhlantakkan 5 rumah warga, rata-rata kerusakan terjadi di bagian atap, kejadian tersebut berlangsung di Desa Lamere, Kecamatan Sape, dalam selang beberapa hari banjir bangdang menerjang Kabupaten Sumbawa yang menghanyutkan 12 rumah dan sebanyak 34 rumah terendam banjir yang datang secara tiba-tiba setelah turun hujan dengan intensitas tinggi.

Baca Juga :  Stop Impor Jagung!, Sumbawa Panen Raya Jagung

Menurut laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sumbawa, sedikitnya ada 829 jiwa dari 208 KK yang tinggal di 13 desa 5 kecamatan telah terdampak bencana tersebut.

Desa Lito yang berada di Kecamatan Moyo Hulu Kabupaten Sumbawa menjadi wilayah yang terdampak paling parah, karena Desa Lito berlokasi tak jauh dari sungai, yang mana ada sebanyak 770 jiwa terdampak, 5 rumah hanyut, 50 hektar areal persawahan terendam dan jembatan penghubung antara Desa Lito menuju Desa Lantung jebol hingga memutus akses. Guna meminimal reriko bencana manejeman kebencanaan menjadi penting. Tutup Dr Lahmuddin.

Pada kesempatan yang sama Dr. Agus Supinganto, S.Kep., Ners., M.Kes Ketua LPPM Stikes Yarsi Mataram, yang juga Bidang Kesehatan FPTPRB NTB menyampaikan berdasarkan hasil dari kegiatan pelatihan manajemen bencana bagi Forum Perguruan Tinggi Pengurangan Resiko Bencana (FPTPRB) NTB yang di fasilitasi oleh Konsepsi dan Oxfam, pada tanggal 4-6 Mei 2023 di hotel Jayakarta Lombok Barat.

Berdasarkan SNI no 7937 tahun 2013 mengenai Layanan Kemanusian Dalam Bencana penting sekali peningkatan literasi mengenai kesehatan. Masalah kesehatan adalah akibat sekunder dari bencana alam, melalui FPTPRB kedepan dapat memaksimalkan potensi dosen dan mahasiswa yang dimiliki perguruan tinggi melalui kegiatan tridarma dosen dan MBKM mahasiswa untuk KIE dimasyarakat didaerah resiko bencana sehingga pemahaman mengenai kebutuhan dasar korban bencana seperti kebutuhan pojok ASI untuk Ibu menyusui, tenda untuk kelompok rentan (Bayi, Balita dan Lansia), kebutuhan Sanitasi, air bersih, KM dan WC yang layak dan bermartabat lebih terstandar sehingga lintas sektor menjadi mampu merencanakan dan peng-organisasian SDM dan sarana dan prasarana di daerah bencana sesuai dengan kebutuhan dasar untuk korban bencana lebih terstruktur dan literasi masyarakat menjadi lebih bagus. (**)