Sikap Dalam Menghadapi Tahun Baru Hijriah

“Sikap bangga dengan penanggalan Islam, bangga memakai kalender Hijriah, bangga mencantumkan tanggal Hijriah disamping tanggal Masehi dalam surat menyurat. Ini semua perlu dihidupkan dan dibudayakan kembali, sehingga ummat Islam selalu bangga dengan segala indentitas dan atribut sebagai Muslim. “Proud to be Moslem”. merupakan slogan muslim dimanapun ia berada.” [Istaid].

KALENDER ISLAM ditandai dengan suatu kejadian menumental, periristiwa Hijrah Rasul Saw berserta kaum Muslimin dari kota Mekkah menuju kota Madinah. Kalender Islam bukan ditandai dengan tahun kelahiran seorang Nabi, sebagaimana yang terjadi dengan penanggalan Masehi [penanggalan yang dihitung dari lahirnya Nabi Isa Al Masih].

Karena bagi Islam, yang utama bukanlah kultus individu, tetapi yang menjadi standar adalah proses kebangkitan suatu ummat yang berpindah dari Jahiliyah menuju Tauhid, bergeser dari Dzulumat, dari masa kegelapan menuju “Ilannur”, suasana yang penuh cahaya, hijrah dari Kebathilan menuju Al Haq.

Kalender Islam berdasarkan Hijrah Rasul tersebut dicanangkan pertama kali oleh Khalifah Umar bin Khattab setelah bermusyawarah dengan para sahabat di masa itu.

Ijtihad tersebut diambil demi untuk menyatukan ukhuwah ummat Islam, sekaligus menjadi standar bagi penanggalan ummat Islam sepanjang tahun.

Dimaksudkan juga dengan kalender hijriah tersebut, pergantian tahun, ummat Islam dapat mengadakan evaluasi diri, apakah setiap tahun yang dilaluinya telah menjadikan dirinya hijrah kepada keadaan, perbuatan, sikap yang lebih baik lagi, yang lebih dekat kepada Al Haq…?

Itulah makna pergantian tahun bagi kehidupan seorang Muslim. Maka untuk menghadapi tahun 1444 Hijriah yang akan datang, ummat Islam perlu merekayasa dan mengadakan kegiatan yang dapat mengingatkan dirinya akan makna pergantian tahun tersebut, menyadarkan diri akan kondisi tahun yang lalu serta mempersiapkan diri dengan program yang lebih kongkrit untuk tahun mendatang.

Bagi yang baru pulang melaksanakan ibadah Haji mungkin masih terbayang-bayang bagaimana bentuk Gua Tsur, Mesjid Quba, dan Masjid Madinah, tempat historis kehidupan Nabi Muhammad Saw.

Oleh karena itu setelah bulan haji, disambut dengan bulan Muharram, agar para jamaah haji yang baru saja menunaikan ibadah haji dapat menjadi teladan dan contoh ummat dalam berhijrah, dalam menghayati peristiwa hijrah dan mengaplikasikan hijrah tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan semangat Hijrah, Rasulullah membangun masyarakat Madani di kota Madinah, masyarakat yang berakhlak, beradab, berbudaya, berpendidikan, sehingga kota Madinah menjadi kota yang menyinari seluruh alam semesta [Al Madinah Al Munawarah].

Dengan Hijrah, Rasul membina masyarakat yang penuh persaudaraan, beretos kerja tinggi, berakhlak mulia, masyarakat Marhamah yang penuh dengan aman dan sejahtera “Baldatun Tayyibatun Wa Rabbun Ghafur”.

Dengan pergantian tahun Hijriah, semangat Hijrah harus menelusuri jiwa kita semua, semangat untuk hijrah dari budaya jahiliyah menuju iman dan Islam.

Sikap bangga dengan penanggalan Islam, bangga memakai kalender Hijriah, bangga mencantumkan tanggal Hijriah disamping tanggal Masehi dalam surat menyurat.

Hal ini semua perlu dihidupkan atau dibudayakan kembali, sehingga ummat Islam selau bangga dengan segala indentitas dan atribut sebagai Muslim. “Proud to be Moslem”, merupakan slogan muslim dimanapun berada.

Menghadapi tahun hijriah 1444 mendatang, mari kita tanyakan pada diri kita masing-masing sebagai seorang muslim dan mukmin, sudah siapkah kita dengan segala hal dan syiar Islam untuk menghadapi tahun hijriah mendatang.

Sudah siapkah kita dengan program dan rencana kerja untuk membangun ummat di tahun hijriah mendatang. Jika Rasulullah Saw dan para sahabat telah banyak berbuat dimasa yang lalu untuk Islam.

Apakah yang telah kita perbuat di tahun hijriah tahun yang lalu dan apa yang kita perbuat untuk Islam di tahun hijriah mendatang? Fastabiqul Khairaat…! Wallahu a’lam bish shawab.

“Selamat Tahun Baru Hijriyah 1 Muharram 1444”

Baca Juga :  Inak Pa'ah dan Penyakitnya