Bulan Syawal sebagai Bulan Pengharapan

Oleh: ASWAN NASUTION

Religi1329 Views

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok [akhirat], dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” [QS. Al-Hasyr: 18-19].

KITA sudah memasuki dalam bulan Syawal, bulan yang dapat kita sebut sebagai bulan pengharapan. Ini tidak lain karena bulan Syawal ini, sebagai umat Islam kita telah menjalankan dua perihal yang kita anggap sangat agung dan suci yakni: Puasa Ramadhan yang kemudian disusul dengan datangnya bulan Syawal yang agung ini, dan disambung datangnya halal bi halal.

Terkait bulan Syawal ini yang kita sebut sebagai bulan pengharapan, dimana didalamnya antara satu sama lainnya saling bermaaf-maafan, saling mengakui kesalahan masing-masing, sama-sama mengikrarkan akan mempererat tali silaturrahim antara kita semua sebagai umat Islam.

Kita telah masuk pada lembaran baru dan dalam suasana yang baru, bersih dari cela. Oleh karena itu pada bulan yang suci dan agung ini, penting sekali bagi umat Islam untuk melihat kembali lembabran-lembaran hidup yang telah berlalu dari kita.

Jika masih ada ditemukan cacat-cacat yang mengotori pribadi, bersegeralah membersihkan diri. Kejelekan di masa lalu yang telah kita perbuat, harus segera kita tutup dengan kebaikan-kebaikan mulai saat ini hingga masa yang akan datang. Dan lupakanlah masalah-masalah kecil dan sepele yang dapat menyebabkan kita berselisih.

Kita ganti dengan aktivitas-aktivitas kehidupan yang baru, hubungan yang baru, suasana baru yang sudah tidak cocok dengan suasana yang telah lalu dengan aktivitas dan semangat yang baru.

Oleh karena itu tidak lain harapan kita, selain dalam suasana lebaran ini untuk saling memaafkan. Marilah kita ulurkan tangan, bahu membahu untuk menjalankan syari’at agama Allah di dunia ini agar syi’ar agama tetap tegak dan tinggi di muka bumi.

Marilah antara satu dengan yang lainnya saling memandang dengan pandangan harapan untuk menghilangkan kebencian, dendam, dan rasa kecewa yang ada dalam kalbu kita.

Saling memaafkan itu jangan hanya pada bulan Syawal ini saja, tetapi untuk selanjutnya, hingga Syawal yang akan datang lagi dan seterusnya. Sehingga bertambah umur kita bertambah pula kebaikan kita.

Kalau sebelum puasa kita seringkali diliputi kekecewaan karena adanya kejadian-kejadian yang telah lalu, maka sesudah puasa ini semoga kita berbesar hati, mempunyai jiwa yang besar, teguh dan tahan uji sehingga kecintaan kita pada agama, bangsa dan tanah air semakin bertambah.

Apabila kita mengingat bahwa kita berpuasa di bulan Ramadhan yang baru saja kita lewati, yang diusahakan terus menerus untuk mengembalikan ketenteraman, ketertiban, ketenangan dalam lingkungan masyarakat yang adil dan makmur, sejahtera, hidup dalam suasana rukun dan bersatu.

Oleh karena itu, bagi kita puasa dan halal bi halal itu tidak hanya sekadar menjadi syi’ar agama, namun benar-benar menjadi jembatan emas menuju jalan untuk mencapai ketenteraman dan ketenangan jiwa ke arah kesucian lahir dan batin, di dunia dan akhirat.

Demikian juga untuk menggiatkan jiwa dan mental kita agar tahan terhadap segala ujian untuk menghadapi tantangan zaman, apalagi rintangan dan ujian hidup itu bermacam-macam ragamnya.

Selanjutnya apa yang kita buat dalam bulan Syawal. Bagi orang-orang yang beriman betul-betul malu, kalau hanya mengenal Allah dalam bulan Ramadhan saja, kita berharap kepada Allah bukan dalam Ramadhan saja, tetapi senatiasa kita berharap kepada Allah Swt setiap bulan, setiap waktu, setiap detik, maka janganlah selesainya bulan Ramadhan ini, menjadikan kita lemah, menjadikan kita loyo, istirahat dari amalan-amalan kebaikan. Tetapi kita teruskan amalan-amalan kebaikan yang sudah kita biasakan dalam bulan Ramadhan tersebut.

Semoga sesudah puasa kita semakin rajin mengamalkan ajaran agama, dan lebih baik lagi dari sebelum berpuasa Ramadhan. Hanya kepada Allah kita meminta rahmat, taufik dan hidayah, semoga kita semua dijauhkan dari semua cobaan lahir dan batin. Wallahu a’lam. (**)

Baca Juga :  Berakal Sehat, Pasti Bisa Membedakan Baik Dan Buruk