Sabar dan Syukur adalah Resep Hidup Bahagia

Oleh: ASWAN NASUTION

Religi529 Views

“Manakala nikmat Allah yang banyak tersebut, tidak menjadikan seseorang semaikin dekat kepada Allah, maka sebenarnya itu bukanlah nikmat, tapi itu adalah sebuah bencana”. [Ibnu Hazm].

BANYAK orang mengaitkan bahagia dengan kekayaan, dikiranya asal kaya hidupnya pasti bahagia. Seandainya kekayaan identik dengan kebahagiaan, tentu tidak ada orang kaya yanb sedih atau tidak ada orang yang miskin bahagia.

Kekayaan memang bisa untuk membeli kasur yang empuk, tapi tidak bisa membeli tidur yang nyenyak. Kekayaan memang bisa untuk membeli makanan yang enak, tapi tidak bisa membeli kelezatan.

Kekayaan memang bisa membeli obat tapi tidak bisa untuk membeli kesembuhan. Kekayaan hanyalah sarana meraih kebahagiaan tapi bukan kebahagiaan itu sendiri. Bahagia itu letaknya di hati bukan di Kekayaan.

Meskipun hidupnya kaya raya, namun jika hatinya merasa miskin, tetap saja dia miskin. Kebalikannya, meskipun hidupnya miskin asal hatinya merasa kaya, dialah orang kaya dan hidupnya akan bahagia.

Hakikat kekayaan adalah kaya hati, selama hatinya merasa kaya atas apa yang Allah berikan padanya, maka hidup manusia akan bahagia. Karena itulah Imam Syafi’i rahimahullah pernah mengatakan: “Jika engkau memiliki hati yang qona’ah, engkau dan para raja [orang kaya] sama” [Imam Syafi’i].

Menurut resep Nabi Saw, hidup bahagia cukup dengan bermodal syukur dan sabar. Yaitu syukur di saat suka dan sabar di saat duka. Ketika seseorang mampu bersyukur di saat suka dan bersabar di saat duka, maka pastilah hidupnya akan bahagia.

Hal ini karena keadaan hidup ini hanya ada dua keadaan, menyenangkan dan menyusahkan. Keduanya ibarat pasangan yang selalu berdampingan. Syukur dan sabar menjadi faktor utama kebahagiaan dapat dipahami dari hadits nabi yang menyebut “Ajaban” [menakjubkan] Kata “menakjubkan” tentu saja bukan perkara biasa, tapi luar biasa bahkan istimewa.

Ketika kondisi lapang disikapi dengan syukur dan kondisi sempit disikapi dengan sabar, pastilah hidup manusia akan bahagia. Imam Syafi’i rahimahullah pernah berpesan: “Kalian pasti akan menjadi manusia paling bahagia. Jadikan kondisi lapang untuk bersyukur dan kondisi sempit untuk bersabar” [Imam Asy- Syafi’i Rahimahullah].

Meski tidak banyak manusia yang mampu bersyukur di saat senang dan bersabar di saat susah, namun cara meraih syukur dan sabar sebenarnya cukup banyak. Di antara sekian banyak cara bersyukur adalah dengan menyadari besarnya nikmat Allah yang telah kita terima. Untuk menyadari besarnya nikmat Allah tersebut, seorang ulama menyarankan agar manusia memejamkan matanya.

Bakr bin Abdullah Al Muzani pernah berkata: “Wahai manusia, jika engkau ingin tahu kadar nikmat yang telah Allah peruntukan bagimu, maka penjamkanlah matamu”

Mengingat sedemikian besar nikmat Allah yang tidak dapat dihitung tersebut, maka pantaslah jika nabi selalu mengajarkan kita agar selalu mengucap Alhamdulillah dalam segala keadaan. Tersebut dalam sebuah riwayat demikian: “Rasulullah Saw mengajarkan kepada kami, agar selalu berucap Alhamdulillah ala kulli hal Segala puji bagi Allah dalam segala keadaan.

Manakala nikmat Allah yang banyak tersebut, tidak menjadikan seseorang semakin dekat kepada Allah, maka sebenarnya itu bukanlah nikmat, tapi itu sebuah bencana. Ibnu Hazm pernah berkata: “Setiap nikmat yang tidak mendekatkan diri pada Allah, maka itu adalah bencana” [Jaami’ul Ulum wal Hikam, 2: 82].

Sekedar untuk pengingat agar tidak tertipu daya oleh dunia yang fana, tembang religi gubahan Derry Sulaiman berikut perlu kita renungkan bersama. Inilah sepenggal tembang religi yang dimaksudkan:

“Wahai manusia, jangan engkau tertipu daya. Oleh dunia yang fana, sebagai tempat ujian bagi kita. Dunia sementara, akhirat selama-lamanya”. Orang kaya mati, orang miskin mati, raja-raja mati, rakyat biasa mati. Semua pergi menghadap Ilahi. Dunia yang dicari, tak kan dibawa mati. Dunia yang dicari tak ada yang berarti”.

Yakinlah kita bahwa sabar dan syukur adalah resep hidup bahagia, karena itu selalulah kita bersabar dan bersyukur. Kesabaran dan Kesyukuran ,tidaklah berlangsung. Ketika gelap telah menyelimuti malam, yakinlah sebentar lagi mentari akan bersinar. Bersabar dan bersyukurlah, semua akan indah pada waktunya. Wallahu ‘alam bish shawab. (**)

Baca Juga :  Generasi Muslim Milenial Berkarakter