Siapakah Ahlul Qur’an itu?

Oleh: Aswan Nasution

Religi211 Views

“Sesungguhnya Allah memiliki keluarga di anatara manusia. Siapakah keluarga Allah itu? tanya seorang sahabat. Mereka adalah Ahulul Qur’an dan orang pilihan Allah.” [HR. Ibnu Majah].

PADA hakikatnya semua orang yang beriman kepada Al-Qur’an seharusnya adalah ahlul Qur’an. Lihatlah bagaimana Rasulullah Saw. menyeru orang-orang yang beriman agar shalat witir setiap malam dengan kalimatnya; ‘Atiruu ya ahlul Qur’an’ [shalatlah witir wahai-wahai orang-orang yang beriman dengan Al-Qur’an.

Klasifikasi Manusia berdasarkan Intensitas bersama Al-Qur’an.

“Kemudian kitab ini Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada [pula] yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang besar,” [QS. Fathir: 32].

Manusia diklasifikasikan berdasarkan intensitas interaksinya bersama Al-Qur’an:

  1. Dzalimun linafsih [orang-orang yang menganiaya diri sendiri].
    Adalah mereka yang tidak memanfaatkan Al-Qur’an untuk menjadi petunjuk hidupnya.
  2. Muqtashid.
    Orang yang sudah beriman kepada Al-Qur’an, namun baru dapat melaksanakan sebagian isi Al-Qur’an dan meninggalkan sebagian yang lain. Orang ini masih tidak konsisten dalam memanfaatkan Al-Qur’an sebagai petunjuk hidupnya, kadang kembali kepada Al-Qur’an, kadang menjauh. Kondisi muqtashid ini sewaktu-waktu dapat berbahaya, karena hanya selangkah lagi menuju kedzaliman; sebaliknya juga berpotensi menguntungkan, karena hanya selangkah lagi menuju sabiqun bil khairat. Oleh karena itu, jangan jadikan muqtashid sebagai pilihan hidup.
  3. Sabiqun bil khairat.
    Yakni orang-orang yang beriman kepada Al-Qur’an, dan telah mengoptimalkan interaksinya bersama Al-Qur’an. Mereka begitu banyak membaca Al-Qur’an, Al-Qur’an telah tersimpan di dadanya, hafal 30 juz selancar hafalan surat Al-Fatiha. Mereka faham isi Al-Qur’an sehingga selalu mentadabburi dan mengamalkan isinya dalam kehidupan sehari-hari. Mereka senantiasa memanfaatkan Al-Qur’an sebagai petunjuk hidupnya, baik di waktu siang maupun malam. Namun mereka tetap rendah hati [tawadhu’] karena sadar, bahwa kemampuan yang ia miliki, semata-mata karena seizin dan karunia Allah yang Mahaagung. Kelompok inilah yang dimaksudkan sebagai Ahlul Qur’an.

Ciri-ciri Ahlul Qur’an

  1. Selalu bersemangat dalam melaksanakan semua amal saleh yang telah disyariatkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

Abu Bakar dikenal sebagai sahabat yang sabbaaq, artinya tidaklah Rasulullah Saw. melakukan suatu amal saleh kecuali Abu Bakar segera melakukannya, sampai membuat Umar ghibtoh [iri dalam hal kebaikan] kepada beliau.

  1. Tidak menyia-nyiakan kesempatan beramal saleh, dengan tidak menunda-nundanya.

Setelah Umar bin Abdul Aziz dilantik menjadi khalifah, beliau ingin beristirahat. Lalu putranya bertanya: “Wahai Amirul Mukminin, kapan anda akan bekerja?” Beliau menjawab: “Nanti sore.” Namun ketika beliau diingatkan: “Siapakah yang berani menjamin bahwa usia anda sampai sore?” Beliau langsung tergugah oleh tausiyah ini, maka beliau segera bekerja nengurus umat, meninggalkan waktu istirahatnya.

  1. Mudah tergugah untuk beramal saleh.

Apabila ia melihat orang lain beramal saleh, terketuk hatinya timbul perasaan tidak ingin kalah dalam beramal saleh, maka ia langsung segera beraksi.

Langkah-langkah Menjadi Ahlul Qur’an

Syarat utama untuk menjadi ahlul Qur’an adalah kemauan dan keinginan yang tinggi sehingga menghasilkan aksi sebagai berikut:

  1. Teruslah Berdoa dan teruslah berprasangka baik kepada Allah Swt.
  2. Menjadikan Al-Qur’an sebagai agenda utama dalam keseharian. Semangat untuk lebih dekat dengan Allah mendorongnya untuk beribadah kepada-Nya sebagai persiapan kehidupan akhirat. Tidak ada agenda lain yang dapat mengalahkan kegiatan bersama Al-Qur’an kecuali uzur syar’i atau darurat. Senantiasa rindu dan membayangkan kebersamaannya dengan Al-Qur’an.
  1. Berusaha memahami dan mentadabbur Al-Qur’an, serta benar-benar menjadikan Al-Qur’an sebagai rujukan dalam seluruh aspek kehidupannya.
  2. Menyebarkan fikrah Al- Qur’an kepada umat dengan mengajarkannya; baik pengajaran tilawahnya, menghafalnya sampai memahamkan isinya.

Rasulullah Saw. adalah Sebaik-baik Ahlul Qur’an.

Sebaik-baik ahlul Qur’an adalah Rasulullah Saw, yang jelas besar perhatiannya terhadap Al-Qur’an. Jika kita ingin mendapatkan contoh nyata bagaimana Rasulullah Saw berinteraksi dengan Al-Qur’an, bacalah sirah kehidupan Rasululah Saw. Begitu kuatnya interaksi beliau dengan Al-Qur’an, sehingga dalam hadits dinyatakan bahwa Rasulullah Saw. mendapatkan sebutan Al-Qur’an Hayy [Al-Qur’an yang hidup berjalan di tengah-tengah manusia]. “Adalah kepribadian Rasulullah persis dengan Al-Qur’an,” [HR. Muslim dari Aisyah ra.]

Begitu juga umumnya para sahabat, mereka adalah manusia-manusia yang sangat aktif bersama Al-Qur’an. Utsman bin Affan dalam nasehatnya mengatakan: “Kalau saja hati kita bersih dari dosa dan syirik maka jiwa ini tidak akan pernah puas dengan Al-Qur’an.” Kita akan selalu berusaha mengambil berbagai macam manfaat dari Al-Qur’an.

Semoga Allah Swt memilih kita semua sebagai Ahlul Qur’an. Mahabenar Allah dengan semua penjelasan di atas. Mudah-mudahan dapat menjadi motivasi kuat agar kita menjadi ahlul Qur’an. Amin Allahumma Amin. Wallahu’alam bish showab.

Referensi:
Al-Qur’anul Karim, Al-Hafiz, Cordoba, 2020.

Baca Juga :  SMA Negeri 5 Mataram Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW 1444H