Rasulullah SAW pun Menghibur Anak-Anak

Religi456 Views

“Rasulullah Saw adalah tipe laki-laki yang mencintai anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan. Di dalam Siràh, kita mendapati Rasulullah meluangkan waktunya untuk bermain dengan anak-anak.” [Sirah Nabawiyah].

USAMAH bin Zaid bercerita, “Rasulullah pernah mendudukkan aku di satu pahanya dan mendudukkan Hasan di paha yang satunya. Kemudian beliau merangkul kami berdua sambil berdoa: “Ya Allah cintailah keduanya, sungguh aku mencintai mereka berdua.” [HR. Bukhari, Ahmad, Ibnu Hibban, Nasai].

Lihatlah juga bagaimana Rasulullah menghibur seorang anak yang bersedih karena burungnya mati. Anas bin Malik meriwayatkan bahwa suatu ketika Rasulullàh Saw mengunjungi Ummu Sulaim. Ummu Sulaim mempunyai seorang anak dari Abu Thalhah, yang biasa dipanggil Abu Umair.

Rasulullah senang ber-main dengan anak ini. Suatu ketika beliau melihatnya sedang bersedih. “Kenapa Abu Umair bersedih?” tanya Rasulullah. Orang-orang di sekitarnya menjawab, “Burungnya, teman bermainnya, mati.” Rasulullah lalu bersabda kepadanya, “Abu Umair, ada apa dengan burung kecilmu?” [HR. Ahmad].

Beliau tidak hanya peduli dengan perasaanya, tapi juga turut berduka dan berusaha untuk menghiburnya. Padahal anak ini adalah anak seorang pembantu Rasulullah. Dari sini kita bisa melihat betapa tinggi kasih sayang dan ketawadhuan yang ada dalam hati Rasulullah Saw.

Rasulullah tidak mau membebani anak-anak dengan sesuatu yang berada di luar kemampuan mereka. Contoh kasih sayang ini terjadi pada perang Uhud. Saat itu beberapa orang anak meminta izin kepada Rasulullah untuk ikut
perang.

Namun Rasulullah menolaknya karena usia mereka yang masih belia. Di antara anak-anak itu adalah Abdullah bin Umar bin Khathab, Usamah bin Zaid, Usaid bin Dhahir, Zaid bin Tsabit, Zaid bin Arqam, Arabah bin Aus, Amru bin Hazm, dan lainnya.

Bandingkan dengan jumlah anak-anak yang ketika dimanfaatkan untuk kepentingan perang di berbagai belahan dunia. Menurut laporan kondisi sosial PBB [Taqrirul Halatil Ijtimaiyah Ash-Shadir Anil Umamil Muttahidah tahun 2005, hal 121] lebih dari 300.000 anak di dua puluh negara dipersenjatai dengan paksa untuk berlatih perang.

Perhatian Rasulullah kepada anak-anak ini bukan hanya sekali dua kali, tapi berkali-kali. Sampai-sampai anak-anak selalu menyambut kedatangan beliau untuk diajak bercanda dan bermain. Seakan-akan beliau tidak punya pekerjaan selain bermain-main dengan mereka.

Abdullah bin Ja’far meriwayatkan, “Apabila Rasulullah kembali dari perjalanan, beliau disambut oleh anak-anak dari ahli baitnya. Suatu ketika beliau pulang dan akulah yang paling awal menyambut beliau. Aku langsung dinaikkan di depan beliau, kemudian datang seorang anak Fathimah yang segera dibonceng di belakang beliau. Kami bertiga pun masuk Madinah di atas kenderaan tunggangan beliau.” [HR. Muslim].

Renungkanlah peristiwa ini! Bayangkanlah pemandangan ini! Seorang pemimpin negara masuk kota sambil memangku seorang anak, sementara yang satunya dibonceng dibelakangnya. Kondisi genting dan mencekam dalam sebuah pertempuran sekali pun tidak menghalangi beliau untuk menunjukkan rasa sayang kepada anak-anak, bahkan beliau sempat menggendong mereka.

Abdullah bin Abbas bercerita, “Ketika Fathu Makkah beliau disambut oleh anak-anak dari Bani Abdil Muthalib. Seorang anak beliau gendong, sementara yang lainnya naik ke punggung beliau.” [HR. Bukhari, Abu Daud, Nasai, Ibnu Majah, Ahmad dan Ibnu Hibban].

Kalau kasih sayang beliau kepada anak-anak secara umum sedemikian besar, bagaimana kasih sayang beliau kepada anak yatim? Tentu lebih besar lagi. Dalam salah satu hadist, Rasulullah memotivasi orang-orang untuk memerhatikan anak yatim:

“Aku dan orang yang mengasuh anak yatim seperti ini [Sambil memberi isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengahnya,” [HR. Bukhari, Abu Dawud, Tirmidzi, Ahmad]. Wallahu a’lam bishshawab. [Dikutip dari Dr. Raghib As-Sirjani/Islamstory.co]

Wassalam:
Al-Faqir Aswan Nasution
Selamat Membaca dan Semoga bermanfaat.

Baca Juga :  Mencapai Puncak, Keunggulan Iman