Ketangguhan Al-Qur’an Dalam Menjawab Tantangan Zaman

Oleh: ASWAN NASUTION

Religi542 Views

“Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu yang diberkati supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai pikiran,” [QS, Shaad: 29]

AL-QUR’AN adalah kitab suci umat Islam yang fungsi utamanya adalah untuk dikaji dan diambil hikmah-hikmahnya. Sesuai dengan Firman Allah SWT pada surat Shaad ayat 29 menyebutkan:

“Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu yang diberkati supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai pikiran,” [QS. Shaad: 29]

Terkadang berbeda dengan sikap kebanyakan umat Islam yang kontras dengan fungsi utama Al-Qur’an itu sendiri. Mereka hanya menjadikan Al-Qur’an sebagai barang pajangan, penghias lemari atau etalase, hanya dijadikan hiasan kaligrafi, jimat atau dibaca pada acara ritual-ritual tertentu, untuk mengusir jin atau setan, dan dilombakan pada even Musabaqah Tilawatil Qur’an [MTQ].

Bukan! Bukan itu tujuan utama diturunkannya Al-Qur’an. Akan tetapi tujuan utama dari diturunkannya Al-Qur’an adalah sebagai petunjuk bagi manusia ke jalan keselamatan khususnya bagi orang-orang yang bertakwa. Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberi petunjuk kepada jalan yang paling lurus,” [QS. Al-Isra’: 9]. Pada ayatnya yang lain Al-Qur’an menyebutkan: “Kitab [Al-Qur’an] ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa.” [QS. Al-Baqarah: 2]

Saat ini, sungguh umat Islam telah terlalu jauh meninggalkan Al-Qur’an. Mereka telah keluar dari tujuan utamanya yang agung. Dan sebagai akibatnya, mereka terperosok ke dalam jurang kebodohan yang sangat dalam.

Ketahuilah, tonggak dunia yang dulu tergenggam di tangan Salafus Shalih karena sikap konsisten mereka terhadap ajaran-ajaran Al-Qur’an, kini harus berpindah tangan ke musuh-musuh Islam sebagai akibat pengabaian mereka terhadap ajaran-ajaran Al-Qur’an.

Maka untuk meraih kembali tonggak peradaban dunia tersebut, tidak ada jalan lain melainkan kita harus kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Imam Malik bin Anas rahimahullah berkata, “Tidak akan berjaya umat Islam sekarang kecuali dengan apa yang telah membuat jaya umat Islam terdahulu.”

Ketangguhan Al-Qur’an dalam menjawab tantangan zaman tidak dapat diragukan lagi, karena Allah Swt telah memberi jaminan keamanan kepada Al-Qur’an dari segala bentuk usaha merubah keabsahan dan keautentikan naskahnya sampai hari kiamat tiba. Allah Swt berfirman: “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya Kami yang akan menjaganya.” [QS. Al-Hijr: 9]

Salah satu bukti adalah dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditandai dengan berbagai penemuan ilmiah. Hal itu semakin membuktikan kebenaran Al-Qur’an sebagai sebuah kitab suci yang terpelihara. Lalu mengapa kaum muslimin sebagai orang yang paling berhak berbangga dengan Al-Qur’an lantas meninggalkannya tanpa mau mempelajari isinya, merenungkan maknanya, kandungan dan hikmah-hikmahnya? Jawabannya adalah kàrena kebodohan telah meliputi mereka.

Lihatlah fakta sekian banyak umat Islam di dunia khususnya di Indonesia, berapa persen yang dapat membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar? Dari yang dapat membaca Al-Qur’an, berapa persen yang mengetahui maknanya? Dari yang mengetahui maknanya, berapa persen yang mengamalkan ajaran-ajarannya? Tanpa menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, setiap kaum muslimin pasti telah tahu jawabannya, yaitu sangat sedikit.

Umat Islam sebagian besar telah mewarisi sifat ahli kitab yang disampaikan Allah Swt di dalam Al-Qur’an, yaitu mengabaikan ajaran-ajaran kitab sucinya. Allah Swt berfirman: “Perumpamaan orang-orang yang di pikulkan kepadanya Taurat kemudian mereka tidak memikulnya seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal.” [QS. Al-Jum’ah: 5]

Maimun bin Mihran berkata, “Keledai itu tidak mengetahui apakah yang dipunggungnya itu kitab-kitab atau barang yang lain, maka demikianlah perumpamaan orang Yahudi.”

Imam Ibnu Katsir berkata, “Pada ayat ini Allah Swt memperingatkan kepada siapa saja yang telah diberi kitab, supaya mereka mempelajari makna-maknanya dan mengetahui kandungannya isinya sehingga tidak mendapatkan kehinaan sebagaimana kehinaan yang menimpa orang Yahudi.

Selanjutnya Imam Ibnu Katsir mengatakan, “Umat Islam sekarang ini ibarat onta yang kehausan di tengah padang pasir yang tandus, kering tak berair, sementara kantong air berada di punggungnya. Kehinaan yang dirasakan umat Islam sebenarnya telah lama membuat mereka sibuk mencari beragam solusi, sementara mereka tidak sadar bahwa Al-Qur’an yang ada di tangan mereka adalah solusi untuk keluar dari lumpur kehinaan tersebut.”

Dalam hal ini, Allah Swt berfirman: “Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan [permulaan] Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda [antara yang hak dan yang batil].” [QS. Al-Baqarah: 185]

Dengan demikian, apakah mereka tidak yakin tentang kemampuan Al-Qur’an mengangkat derajat mereka? Bukankah Al-Qur’an ini berasal dari Allah Swt, Dzat yang telah menciptakan manusia dan yang paling tahu kebutuhan manusia? Ataukah mereka masih ragu? Simaklah firman Allah Swt berikut ini:

“Katakanlah, ‘Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.’ ” [QS. Al-Isra’: 88]

Akhirnya, mari dengan sadar kita mengakui bahwa kita termasuk orang yang telah jauh meninggalkan Al-Qur’an. Semoga kesadaran tersebut mendorong kita untuk kembali kepadanya, mempelajari cara membacanya, terjemahan dan maknanya, kemudian mengamalkannya. Wallahu ‘alam bish shawab.

Baca Juga :  Kesombongan itu Menolak Kebenaran dan Meremehkan Orang Lain