Mashuri, Difabel Tangguh Yang Berjuang Penuh Semangat

Mataram, BERBAGI News – Mashuri (24) tahun, pemuda asal dusun presak desa Suradadi Kecamatan Terara Kabupaten Lombok Timur adalah salah satu atlet Rugby.

Rugby merupakan sejenis permainan bola tim yang dimainkan oleh dua tim. Setiap tim mencoba mencetak skor dengan cara menyepak, melontar, atau membawa bola sehingga mereka dapat menyepak untuk melepaskan gol lawan atau menyentuh di belakang garis lawan. Tim yang mencetak poin paling banyak menjadi pemenang

Rugby tidak hanya untuk orang Normal saja, tetapi yang unik dari Mashuri, ia adalah Atlet Rugby Difabel yang tergabung dalam Asuhan Yayasan Damai Bali Olahraga.

“Saya pernah bermain Rugby Difabel ke Malaysia pada tahun 2018, ke Palembang tahun 2019 dan ke Singapura pada akhir tahun 2019,” cerita Mashuri dengan riang kepada Pejuang Berbagi saat bertemu di Pool DAMRI Mataram. Senin (01/03/2021).

“saya ke DAMRI untuk ikut numpang pulang ke rumah di Bus yang jurusan ke Sumbawa,” tambah Mashuri

Mashuri adalah anak seorang Petani 5 bersaudara yang sejak SD sudah menjadi Anak Yatim.

“ibu saya meninggal ketika saya masih kelas 3 SD,” tutur Mashuri, sesekali menunduk sambil memegang HP nya.

Sebelumnya, karena melihat pemuda di kampungnya banyak yang merantau kenegeri Jiran Malaysia, Mashuri selepas sekolah di Mts pada tahun 2015 pergi ke Malaysia secara ilegal dengan maksud ingin merubah nasib keluarga. Namun apa yang dialami Mashuri jauh dari yang diharapkan, baru 1 tahun bekerja di negeri orang, Mashuri harus menerima kenyataan pahit yang menimpanya.

“Saya kesana (Malaysia) ilegal, karena tidak adanya biaya untuk mengurus berkas,” terangnya.

Mashuri mengalami Kecelakaan kerja saat tongkat pengambil buah Sawit jatuh dan terkena aliran Kabel Listrik. Akibatnya dia harus kehilangan kedua kaki dan kedua tangannya.

Baca Juga :  Munculnya Ahmad Tretetet

Mashuri terpaksa diamputasi demi untuk menyelamatkan nyawanya.

“Perusahaan tempat saya kerja pada saat itu hanya mengantarkan saya sampai ke UGD dan membayar biaya administrasi Rumah Sakit,” terangnya sambil mengenang masa yang mengenaskan saat itu.

Mashuri mendapatkan perawatan di Rumah Sakit terbesar kedua di Negara bagian Serawak Malaysia yakni di Rumah Sakit Sibu. Ia dirawat selama 8 bulan.

“Alhamdulillah, atas kebaikan seorang dokter bedah di rumah sakit tersebut, biaya setengahnya dibayarkan oleh pak dokter dan setengahnya oleh Rumah Sakit,” berkata sambil mengingat nama sang dokter.

Pada Tahun 2017 Mashuri bisa dipulangkan dari rumah sakit karena kondisi sudah membaik. Ia kemudian mendapatkan perawatan rujukan ke Rumah sakit di Pontianak

“Saya membawa obat obatan dan dirawat 1 bulan di RS Pontianak dan kemudian berkas saya dikirim dan diterima pihak pemerintah provinsi NTB melalui Dinas Sosial,” tutupnya.

Mashuri bercita cita untuk membangkitkan semangat teman temannya difabel di daerahnya dengan membuat produk Tas saat ini. (Sahaya)